Apakah bekam membatalkan shaum ?
Melakukan bekam ketika shaum
adalah tidak membatalkan shaum, sebagaimana rawatan – rawatan pengobatan
lainnya pun tidak membatalkan shaum selama tidak mengandung proses makan, dan
hal – hal yang secara syari’at dikategorikan
membatalkan shaum.
“Dari Abbas ra, Nabi SAW berbekam
sedang Beliau dalam keadaan shaum.” (HR Bukhari).
Hadits tersebut menerangkan bahwa
Rasulullah saw melakukan bekam padahal Beliau dalam keadaan shaum. Hadits ini
menjadi salah satu dasar hokum bahwa bekam
tidaklah membatalkan shaum, namun justru kemudian menjadi sebuah amalan
yang menjadi utama di kala shaum.
Dr. Yusuf Al –Qardhawy juga
mengutip hadits di atas dalam bukunya, “Puasa Ala Rasul” dalam bab “Hal – hal
Yang Tidak Membatalkan Shaum”, padanya Beliau mencatat bahwa bekam termasuk
amalan yang tidak membatalkan shaum.
Imam Syafi’I berkata ; “Yang aku
hafal dari kebiasaan Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum, tabi’in, dan para ulama,
yakni bahwa mereka tidak mempermasalahkan bekam ketika shaum.”
Apakah melakukan bekam ketika shaum berisiko terhadap kesehatan ?
Melakukan bekam ketika sedang
menjalankan shaum adalah aman, bahkan jika ditinjau dari segi menfaatnya maka
bekam sangat ideal jika dilakukan saat shaum.
Shaum mampu mengangkat toksin dan
sel – sel yang sudah tidak diperlukan ke permukaan tubuh, sehingga sangat ideal
jika pada saat yang sama juga dilakukan terapi bekam, karena racun yang sudah
ada dipermukaan tubuh akan tersedot tuntas oleh hisapan kop bekam.
Shaum juga mampu melebarkan pembuluh
darah, sehingga bekam pada saat shaum merupakan bekam dalam kondisi sirkulasi
darah yang sangat baik. Ini menyebabkan kesan dari proses bekam akan cepat
direspon oleh tubuh, sehingga tujuan utama dari proses pembekaman yakni
meningkatnya fungsi imunitas tubuh akan cepat dicapai dalam kondisi shaum
tersebut.
Rasulullah saw dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum sudah terbiasa
melazimkan (baca : merutinkan) berbekam ketika shaum, karenanya dengan izin
Allah swt mereka hidup dalam kesehatan yang paripurna/holistic.
Seorang sahabat yang sangat
istiqamah dalam mengamalkan berbekam ketika shaum salah satunya adalah Ibnu
Umar ra. Seorang sahabat yang dikenal sangat teguh memegang sunnah Nabi saw.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Umar ra biasa berbekam dalam keadaan
berpuasa, sampai ketika ia semakin tua dan fisiknya menjadi lemah, maka ia
meninggalkan berbekam di siang hari ketika shaum namun tetap melakukannya pada
malam harinya.
Inilah sedikit dari luasnya
hikmah yang dapat kita ambil dari untaian sunnah Rasulullah saw yang mulia,
kemodernan peri hidup yang telah ada sejak 14 abad lalu dan terlupakan oleh
kita sebagai umatnya.
Apakah shaum menyebabkan stamina dan produktivitas menurun ?
Keluhan kesehatan selama
menjalankan ibadah shaum biasanya seputar stamina tubuh yang menurun, di
antaranya keluhan akan kantuk dan lemas di siang hari. Salah satunya disebabkan
perubahan pola tidur di Bulan Ramadhan, yang menyebabkan jam tidur berkurang,
namun sebenarnya bisa disiasati dengan tidak melakukan begadang atau tidur
terlalu larut.
Namun ternyata bukan hanya kurang
tidur yang menjadi penyebab utamanya, tapi juga karena metabolism tubuh
yang berubah. Shaum membuat kadar
glukosa dalam darah menurun yang membuat otak sulit berkosentrasi. Otak
mendapatkan energy dalam bentuk glukosa, sehingga jika aliran glukosa ke jaringan otak berkurang maka akan
mempengaruhi kinerja dari otak. Otak mengkonsumsi 60 persen asupan glukosa tubuh, jika cadangan
energi dalam tubuh berkurang maka kadar glukosa dalam darahpun berkurang, saat
itulah orang akan merasakan mengantuk. Factor lainnya adalah kekurangan zat
besi.
Maka yang bisa dilakukan untuk
mengurangi resiko ngantuk dan lemas saat shaum adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat komplek ketika sahur. Karbohidrat komplek
berguna untuk memberikan cadangan glukosa yang mencukupi selama shaum.
Karbohidrat komplek di antaranya bisa didapat pada nasi merah, madu, kurma, dan
lain – lain. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan zat besi bisa didapat dengan
mengkonsumsi sayur – sayuran hijau, Spirulina (herbal), dan juga pada Sari
Kurma.
Makanan Apa saja yang paling baik dikonsumsi ketika berbuka ?
Kekeliruan yang sering dilakukan
ketika berbuka shaum adalah mendahulukan makanan berat dalam jumlah banyak
seketika berbuka. Perilaku demikian bisa menyebabkan berbagai ketidaknyamanan
dan masalah pencernaan serta mengganggu kegiatan ibadah malam harinya.
Saluran pencernaan membutuhkan
waktu untuk memproses makanan setelah mengalami kekurangan kalori akibat
seharian penuh berppuasa. Maka berlebihan mengkonsumsi makanan berat saat
berbuka akan memaksa lambung memproduksi berbagai emzim dalam satu waktu,
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.
Agar tidak terjadi hal – hal
seperti tersebut di atas maka dianjurkan untuk menerapakan pola makan sehat
sewaktu berbuka, yaitu dengan cara menyegerakan berbuka dengan mengkonsumsi
segelas air dan makanan ringan yang mudah dicerna, sangat diutamakan jika dapat
memperoleh kurma seperti yang dilazimkan Rasulullah saw ketika berbuka.
Salman bin Amir ra bercerita
bahwa Nabi saw pernah bersabda : “jika
salah seorang di antara kalian hendak berbuka puasa, maka berbukalah dengan
kurma kering. Jika tidak ada maka minumlah air putih karena air putih itu
membersihkan.” (HR At-Tirmidzi).
Kurma mengandung berbagai macam nutrisi penting, di antaranya adalah
karbohidrat komplek yang berguna untuk menyeimbangkan kadar glukosa dalam
darah.
Makanan apa saja yang paling baik dikonsumsi ketika sahur ?
Makanan yang dipilih ketika sahur
sangat penting dalam membantu menentukan kualitas kebugaran tubuh ketika
menjalankan shaum. Sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan alami yang kaya
serat dan nutrisi, hindarkan makanan yang mengandung senyawa kimia sintetis
(pengawet/perasa/pewarna buatan).
Sayuran, protein, dan buah –
buahan, serta cukupkan kebutuhan air minum dengan secara bertahap mengkonsumsi
2 liter air. Suplai tambahan dari herbal – herbal alami pun sangat baik untuk
membantu tubuh mencapai kebugaran yang optimal dan mencegah dari berbagai
serangan penyakit di kala shaum. Sari kurma dan madu menjadi wajib
dikonsumsi bagi mereka yang beraktifitas
padat di siang hari. Cinnamomum juga bisa membantu bagi mereka yang memiliki
masalah pencernaan.
Apakah shaum bisa menyebabkan atau memperparah Gastritis (Maag) ?
Shaum berarti mengubah pola
hidup, terutama pola makan. Saat shaum kita hanya diperbolehkan makan pada
waktu sahur dan buka puasa.
Perubahan pola makan saat shaum
sebenarnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, bahkan diyakini mampu
mengendalikan penyakit tertentu. Beberapa penelitian menunjukkan berpuasa
memberikan keuntungan bagi tubuh yang tidak diperoleh ketika tidak sedang
berpuasa.
Namun terkadang bagi orang –
orang yang memiliki catatan kesehatan tertentu , berpuasa mendatangkan
kekhawatiran. Pasalnya ada beberapa penyakit yang ‘katanya’ rentan terkena
masalah apabila melakukan shaum. Saat jam biologis tubuh manusia bergeser pada
waktu menjalankan ibadah shaum, sebetulnya tubuh pasti akan bertoleransi.
Biasanya para pengidap penyakit maag paling sering mempertanyakan, apakah
mereka bisa menjalankan ibadah shaum dengan aman ?
Pada prinsipnya, secara umum
penderita maag boleh menjalani ibadah shaum bahkan dianjurkan, apalagi bila
penyakit maag itu hanya gangguan fungsional dan masih dalam tahapan ringan.
Yang tidak disarankan untuk shaum adalah mereka yang telah sampai pada tahap
parah, misalnya mengalami muntah – muntah dan pendarahan.
Strategi dalam pengaturan makanan
saat santap sahur dan berbuka puasa juga berperan untuk mengurangi gejala maag.
Dalam kondisi diperlukan bisa dibantu dengan mengkonsumsi herbal-herbal yang
menguatkan pencernaan.
Apakah shaum bisa menyebabkan sariawan ?
Keluhan penyakit yang juga kerap
terjadi pada orang yang sedang shaum adalah sariawan dan bibir pecah – pecah.
Untuk sariawan, biasanya penyakit ini akan hilang dengan sendirinya setelah
empat hari. Namun jika tidak kunjung sembuh maka anda harus mengambil tindakan
pengobatan, terutama jika sariawan tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri
yang membutuhkan antibiotic. Walaupun sesaat, penyakit tersebut tentunya akan
mengganggu.
Sariawan atau stomatitis aftosa
adalah peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa mulut berupa bercak putih
kekuningan dengan permukaan agak cekung dan biasanya muncul di lidah, gusi, langit
– langit mulut, dan pipi bagian dalam.
Prof. Dr. Drg. Melanie S. Djamil,
Biomed, sariawan yang muncul lebih terkait dengan daya tahan tubuh. “jika lama
tidak puasa, misalnya tak terbiasa puasa Senin-Kamis, terus sekarang menjalani
puasa Ramadhan selama sebulan penuh, kimia tubuh akan mengalami perubahan.
Epitel rongga mulut saat puasa tidak cepat regenerasi, akibatnya terkena sikat
gigi atau tergigit sedikit akan menimbulkan luka yang menimbulkan sariawan.”
Untuk mengurangi risiko sariawan
ketika shaum adalah dengan makan dengan tenang ketika sahur atau berbuka untuk
menghindari bibir atau lidah tergigit. Juga bisa dibantu dengan mengkonsumsi
yoghurt, dan herbal – herbal yang kaya vitamin C ketika sahur.
Alhamdulillah, semoga kita
diberikan kesehatan dan kelapangan usia untuk bisa bertemu dengan Bulan Penuh
Berkah, Ramadhan, dan mampu memaksimalkan setiap waktu di dalamnya dalam
kenikmatan ibadah, amin.
Sumber : BRC
No comments:
Post a Comment